spatrax

Rabu, 10 April 2013

REINFORCEMENT NEGATIVE


A. DEFINISI REINFORCEMENT

Reinforcement merupakan peristiwa khusus dari perilaku, yang diikuti dengan konsekuensi, di mana konsekuensi tersebut akan memperkuat perilaku. Seseorang yang mendapatkanreinforcement akan cenderung mengulang perilaku yang sama di masa mendatang. Operant behavior yang terjadi dalam sebuah lingkungan akan menghsilkan sebuah konsekuensi. Konsekuensi yang memperkuat operant behavior disebut reinforcer.
Sedangkan Reinforcement Negative adalah meningkatnya kemungkinan berulangnya perilaku karena terhindar / dihilangkan dari stimulus yang tidak menyenangkan. Bukan hukuman bagi pelakunya, tetapi dapat menjadi hukuman bagi orang yg dihindari. Dalam reinforcement negatif, stimulus yang dipindah atau dihilangkan setelah perilaku disebutaversive stimulus.
Reinforcement negatif berbeda dengan hukuman (punishment). Reinforcement negatif, sama seperti reinforcement positif, akan memperkuat terbentuknya perilaku. Hukuman, akan memperlemah terbentuknya perilaku. ‘negatif’ bukan berarti buruk, namun lebih berarti ‘penghilangan’ stimulus setelah perilaku.

B. ESCAPE & AVOIDANCE BEHAVIORS
Dalam reinforcement negatif terdapat 2 jenis perilaku yang terbentuk, yaitu Escape behavior dan Av’’’’’’’’’                                                oidence behavior. Dalam escape behavior, seseorang menghindari stimulus yang tidak menyenangkan (aversive stimulus) dengan cara menjalankan perilaku tertentu untuk mencari jalan keluar. Dalam avidence behavior, seseorang menghindari aversive stimulus dengan cara menjalankan perilaku khusus untuk mencegah, dan perilaku tersebut diperkuat.
Contoh:
Escape
Avoidance
Perilaku 1
Seseorang dengan kaki
Lain kali seseorang
telanjang menginjak aspal
menggunakan sepatu
panas, dan tiba-­tiba
ketika berjalan di atas
melangkah menuju
aspal panas. Perilaku
rumput. Perilaku tersebut
memakai sepatu
terbentuk sebagai hasil
merupakan cara
menghindari panasnya aspal
mencegah rasa panas
Perilaku 2
Anda menjalankan mesin
Anda menurunkan volume
mobil dan terkejut mendengar suara radio
radio di dalam mobil, sebelum menyalakan
mobil yang tiba-­tiba keras.
mesin. Anda mencegah
Anda kemudia
terjadinya suara keras
menurunkan volume radio
yang muncul tiba-­?tiba
Perilaku 3
Anda duduk dalam
Anda masuk ke dalam
bioskop di dekat anak-­
gedung bioskop dan
anak yang ramai dan
memilih kursi yang jauh
cerewet. Suara mereka
dari gerombolan anak­-
mengganggu dan anda
anak. Anda menghindari
pindah tempat duduk untuk menghindari suara brisik
anak-­anak tersebut.

C. FAKTOR-­FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS REINFORCEMENT

a.      Immediacy
Stimulus akan menjadi lebih efektif sebagai reinforcer ketika segera diberi setelah perilaku seseorang terbantuk.

b.       Contingency
Stimulus akan menjadi lebih efektif sebagai reinforcer ketika menjadi satu kesatuan dengan perilaku yang terbentuk. Ada konsistensi dalam pemberian konsekuensi.

c.       Establising operations
Pengurangan atau kejadian lain, terkadang dapat menjadikan sebuah stimulus sebagai reinforcer pada waktu-­waktu tertentu. Contoh : pemberian makan terhadap orang kenyang dan orang lapar. Kejenuhan (station) dapat menyebabkan sebuah stimulus kehilangan perannya sebagai reinforcer.

d.      Individual diffecences
Reinforcers berbeda dan bervariasi pada setiap orang. Contoh: permen mungkin akan menjadi penguat pada anak kecil, namun (mungkin) tidak pada orang dewasa.

e.       Magnitude
Semakin kuat stimulus, semakin efektif perannya sebagai reinforcers (penguat perilaku). Contoh : keluar dari gedung pada saat hawa panas & terjadi kebakaran.
D. JADWAL REINFORCEMENT
Jadwal terus menerus (con tinous) : perilaku cepat terbentuk dan cepat terhapus ketikareinforcer (penguat/pengukuh) dihapus. Jadwal berselang/sebagian (partial) : lebih efisien, mampu memelihara perilaku yang telah terbentuk, menghindari kejenuhan. Contoh : mesin judi dan mesin minuman kaleng.

a.      Fixed ratio
Reinforcer diberikan setelah sejumlah respon. Contoh buruh pabrik rokok mendapatkan makan siang atau mendapatkan poin token setelah berhasil menyelesaikan 100 bungkus rokok.

b.      Variable ratio
Reinforcer diberikan setelah beberapa respon, setiap kali jumlah respon berbeda. Contoh para penjudi yang mendapatkan jackpot setelah beberapa kali bermain.

c.       Fixed interval
Reinforcer diberikan pada waktu tertentu atau dalam jangka waktu tetap. Perilaku muncul dengan frekuensi tinggi menjelang tenggang waktu pemberian reinforcer. Contoh : gaji karyawan tiap awal bulan.

d.      Variable interval
Reinforcer diberikan dalam jangka waktu berbeda-­beda. Perilaku akan meningkat dengan teratur, dan tidak memiliki ‘tombol on-­off’. Contoh sidak atasan terhadap bawahan dalam jangka waktu yang berbeda-­beda, dan pemberian token poin jika karyawan ada di tempat saat sidak.

E. CONTOH KASUS DAN CARA PENANGANANNYA
1.      Ada sebuah perusahaan yang terkenal di daerah sekitaran Jakarta yang memberikan kebijakan pada karyawannya yaitu jika mereka bekerja semaksimal mungkin maka akan mendapat izin cuti sebagai reward. Dan dapat di lihat dari sini pastinya setiap karyawan akan berusaha bekerja agar mendapatkan cuti yang mereka inginkan

2.      Seseorang memiliki fobia ular, namun ia harus bekerja di toko hewan. Akhirnya ia ditempatkan di bagian hewan unggas (burung, ayam). Ia pun dapat bekerja dengan nyaman karena tidak perlu berinteraksi dengan ular.

3.      Tingkah laku Ibu yang membelikan anak permen berhasil mengurangi atau menghentikan tingkah laku tantrum anak (stimulus yang tidak disukai menghilang). Akibatnya, Ibu akan cenderung untuk membelikan anak permen saat anak bertingkah laku tantrum di toko.



DAFTAR PUSTAKA

Reinforcement & Punishment, Euis Dian Ernawati September 18th, 201, PRINCIPLE OF REINFORCEMENT, Yzhie Bidasari SABTU, 25 JUNI 2011,Reinforcemennt EL nina KAMIS, 27 MEI 2010



Jumat, 11 Januari 2013

ARTIKEL - BIDANG PRIBADI



Mengenal dan Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa

Agar bimbingan dapat lebih terarah dalam upaya membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar, kami rasa perlu diperhatikan seperti:
      1. Indentifikasi: Adalah suatu kegiatan yang diarahkan untuk menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan melakukan : 
a)      Data dokumentasi hasil belajar mereka 
b)      Menganalisis absensi siswa di dalam kelas 
c)      Mengadakan wawancara dengan siswa  
d)      Tes untuk memberi data tentang kesulitan belajar atau permasalahan yang sedang dihadapi
2. Diagnosis: Adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengelolaan data tentang siswa yang mengalami     kesulitan belajar dan jenis kesulitan yang dialami siswa. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
a)      Keputusan mengenai hasil kesulitan belajar siswa
b)       Keputusan mengenai faktor-faktor yang menjadi sumber sebab-sebab kesulitan belajar
c)      Keputusan mengenai jenis mata pelajaran apa yang mengalami kesulitan belajar
3. Prognosis: Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar siswa. Prognosis ini dapat berupa:
a)   Bahan atau materi yang diperlukan
b)   Metode yang akan digunakan
c)   Alat bantu belajar mengajar yang diperlukan
d)   Waktu kegiatan dilaksanakan
4. Terapi: Terapi di sini adalah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk terapinya antara lain:
a)  Bimbingan belajar kelompok
b)  Bimbingan belajar individu
c)      Pengajaran remedial
 5. Tindak Lanjut:
Adalah usaha untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah diberikan kepada siswa dan tindak lanjutnya yang didasari hasil evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan dalam upaya pemberian bimbingan.
Kesulitan belajar dipengaruhi juga oleh gangguan pada pemusatan perhatian, daya ingat, serta aspek-aspek lain yang juga turut berpengaruh seperti:
  1. Status Perkembangan Otak.
  2. Status Panca indra
  3. Status Lingkungan Psikososial


ARTIKEL - BIDANG PRIBADI



MOTIVASI BELAJAR SISWA

Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai “ daya penggerak yang telah menjadi aktif” (Sardiman,2001: 71). Pendapat lain juga mengatakan bahwa motivasi adalah “ keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan” (Soeharto dkk, 2003 : 110)

o   Motivasi Belajar Siswa Menurut Para Ahli
Definisi Motivasi Belajar Siswa - Dalam buku psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa “motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar” (Dalyono, 2005: 55).
Dalam bukunya Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang (incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku organisme itu (Ngalim Purwanto, 2007 : 61).
Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus.
Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya perubahan sementara oleh suatu hal (Nasution, dkk: 1992):  
Belajar adalah suatu proses yamg ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan dalam diri seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubahnya pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu (Sudjana,2002 :280).
Djmarah mengatakan bahwa belajar adalah “suatu aktifitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari” (Djamarah,1991:19-21).
Sedangkan menurut Slameto belajar adalah ”merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003 : 2).
Belajar merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mendapat dari bahan yang dipelajari dan adanya perubahan dalam diri seseorang baik itu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan tingkah lakunya.
Motivasi belajar merupakan sesuatu keadaan yang terdapat pada diri seseorang individu dimana ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.


Dikutip Dari :
A.M. Sardiman, 2005, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.