A. DEFINISI REINFORCEMENT
Reinforcement merupakan peristiwa khusus dari perilaku, yang
diikuti dengan konsekuensi, di mana konsekuensi tersebut akan memperkuat
perilaku. Seseorang yang mendapatkanreinforcement akan cenderung
mengulang perilaku yang sama di masa mendatang. Operant behavior yang
terjadi dalam sebuah lingkungan akan menghsilkan sebuah konsekuensi.
Konsekuensi yang memperkuat operant behavior disebut reinforcer.
Sedangkan Reinforcement Negative adalah meningkatnya
kemungkinan berulangnya perilaku karena terhindar / dihilangkan dari stimulus
yang tidak menyenangkan. Bukan hukuman bagi pelakunya, tetapi dapat menjadi
hukuman bagi orang yg dihindari. Dalam reinforcement negatif, stimulus yang
dipindah atau dihilangkan setelah perilaku disebutaversive stimulus.
Reinforcement negatif berbeda dengan hukuman (punishment).
Reinforcement negatif, sama seperti reinforcement positif, akan
memperkuat terbentuknya perilaku. Hukuman, akan memperlemah terbentuknya perilaku.
‘negatif’ bukan berarti buruk, namun lebih berarti ‘penghilangan’ stimulus
setelah perilaku.
B. ESCAPE &
AVOIDANCE BEHAVIORS
Dalam
reinforcement negatif terdapat 2 jenis perilaku yang terbentuk, yaitu Escape behavior dan
Av’’’’’’’’’ oidence behavior. Dalam escape
behavior, seseorang menghindari stimulus yang tidak menyenangkan (aversive
stimulus) dengan cara menjalankan perilaku tertentu untuk mencari
jalan keluar. Dalam avidence behavior, seseorang
menghindari aversive stimulus dengan cara menjalankan perilaku
khusus untuk mencegah, dan perilaku tersebut diperkuat.
Contoh:
Escape
|
Avoidance
|
|
Perilaku 1
|
Seseorang dengan
kaki
|
Lain kali seseorang
|
telanjang menginjak
aspal
|
menggunakan sepatu
|
|
panas, dan tiba-tiba
|
ketika berjalan di
atas
|
|
melangkah menuju
|
aspal panas.
Perilaku
|
|
rumput. Perilaku
tersebut
|
memakai sepatu
|
|
terbentuk sebagai
hasil
|
merupakan cara
|
|
menghindari panasnya
aspal
|
mencegah rasa panas
|
|
Perilaku 2
|
Anda menjalankan
mesin
|
Anda menurunkan
volume
|
mobil dan terkejut mendengar
suara radio
|
radio di dalam
mobil, sebelum menyalakan
|
|
mobil yang tiba-tiba
keras.
|
mesin. Anda mencegah
|
|
Anda kemudia
|
terjadinya suara
keras
|
|
menurunkan volume
radio
|
yang muncul tiba-?tiba
|
|
Perilaku 3
|
Anda duduk dalam
|
Anda masuk ke dalam
|
bioskop di dekat
anak-
|
gedung bioskop dan
|
|
anak yang ramai dan
|
memilih kursi yang
jauh
|
|
cerewet. Suara
mereka
|
dari gerombolan anak-
|
|
mengganggu dan anda
|
anak. Anda
menghindari
|
|
pindah tempat duduk
untuk menghindari suara brisik
|
anak-anak tersebut.
|
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EFEKTIVITAS REINFORCEMENT
a. Immediacy
Stimulus akan menjadi lebih efektif
sebagai reinforcer ketika segera diberi setelah perilaku
seseorang terbantuk.
b. Contingency
Stimulus akan menjadi lebih efektif
sebagai reinforcer ketika menjadi satu kesatuan dengan
perilaku yang terbentuk. Ada konsistensi dalam pemberian konsekuensi.
c.
Establising operations
Pengurangan atau kejadian
lain, terkadang dapat menjadikan sebuah stimulus sebagai reinforcer pada waktu-waktu
tertentu. Contoh : pemberian makan terhadap orang kenyang dan orang lapar.
Kejenuhan (station) dapat menyebabkan sebuah stimulus kehilangan
perannya sebagai reinforcer.
d.
Individual diffecences
Reinforcers berbeda
dan bervariasi pada setiap orang. Contoh: permen mungkin akan menjadi penguat
pada anak kecil, namun (mungkin) tidak pada orang dewasa.
e.
Magnitude
Semakin kuat stimulus,
semakin efektif perannya sebagai reinforcers (penguat
perilaku). Contoh : keluar dari gedung pada saat hawa panas & terjadi
kebakaran.
D. JADWAL REINFORCEMENT
Jadwal terus menerus (con
tinous) : perilaku cepat terbentuk dan cepat terhapus ketikareinforcer (penguat/pengukuh)
dihapus. Jadwal berselang/sebagian (partial) : lebih efisien,
mampu memelihara perilaku yang telah terbentuk, menghindari kejenuhan. Contoh :
mesin judi dan mesin minuman kaleng.
a. Fixed
ratio
Reinforcer diberikan setelah sejumlah
respon. Contoh buruh pabrik rokok mendapatkan makan siang atau mendapatkan poin
token setelah berhasil menyelesaikan 100 bungkus rokok.
b. Variable
ratio
Reinforcer diberikan setelah beberapa
respon, setiap kali jumlah respon berbeda. Contoh para penjudi yang mendapatkan
jackpot setelah beberapa kali bermain.
c. Fixed
interval
Reinforcer diberikan pada waktu
tertentu atau dalam jangka waktu tetap. Perilaku muncul dengan frekuensi tinggi
menjelang tenggang waktu pemberian reinforcer. Contoh : gaji
karyawan tiap awal bulan.
d.
Variable interval
Reinforcer diberikan dalam jangka waktu berbeda-beda. Perilaku akan
meningkat dengan teratur, dan tidak memiliki ‘tombol on-off’. Contoh sidak
atasan terhadap bawahan dalam jangka waktu yang berbeda-beda, dan pemberian
token poin jika karyawan ada di tempat saat sidak.
E.
CONTOH KASUS DAN CARA PENANGANANNYA
1.
Ada sebuah perusahaan yang terkenal di daerah
sekitaran Jakarta yang memberikan kebijakan pada karyawannya yaitu jika mereka
bekerja semaksimal mungkin maka akan mendapat izin cuti sebagai reward. Dan
dapat di lihat dari sini pastinya setiap karyawan akan berusaha bekerja agar mendapatkan
cuti yang mereka inginkan
2.
Seseorang memiliki fobia ular, namun ia harus
bekerja di toko hewan. Akhirnya ia ditempatkan di bagian hewan unggas (burung,
ayam). Ia pun dapat bekerja dengan nyaman karena tidak perlu berinteraksi
dengan ular.
3.
Tingkah laku Ibu yang membelikan anak permen
berhasil mengurangi atau menghentikan tingkah laku tantrum anak (stimulus yang
tidak disukai menghilang). Akibatnya, Ibu akan cenderung untuk membelikan anak
permen saat anak bertingkah laku tantrum di toko.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar