BUDAYA DAN PERKEMBANGAN EMOSI
Suatu
masalah yang berkaitan dengan lintas budaya adalah bahwa orang mengartikannya
secara berlain-lainan atau berbeda, yang mempersulit untuk mengetahui maknanya
secara pasti atau benar. Dapat dinyatakan, bahwa konseling lintas budaya telah
diartikan secara beragam dan berbeda-beda; sebagaimana keragaman dan perbedaan
budaya yang memberi artinya.
Menurut Kroeber dan
kluchohn lebih dari 50 tahun lalu berupaya untuk memetahkan kebihnekaan
pengertian budaya. Menurut mereka ada 6 pemahaman pokok mengenai budaya yaitu :
1. Definisi
deskriptif : cenderung melihat budaya sebagai totalitas kompherensif yang
menyusun keseluruhan hidup sossial sekaligus menunjukan sejumlah ranah (bidang
kajian) yang membentuk budaya
2. Definisi
historis : cenderung melihat budaya sebagai warisan yang di alih-turunkan dari
generasi satu kegenerasi berikutnya.
3. Definisi
normatif : bisa mengambil 2 bentuk, yang pertama budaya adalah aturan atau
jalan hidup yang membentuk pola-pola perilaku dan tindakan yang kongkrit. Yang
kedua menekankan peran gugus nilai tanpa mengacu pada perilaku.
4. Definisi
psikologis : cenderung memberi tekanan pada peran budaya sebagai piranti
pemecahan masalah membuat orang bisa berkomunikasi, belajar, atau memenuhi
kebutuhan material maupun emosionalnya
5. Defifisi
structural : mau menentukan pada hubungan atau keterkaitan antara aspek-aspek
yang terpisah dari budaya sekaligus menyoroti fakta bahwa budaya adalah
abtraksi yang berbeda dari perilaku kongkrit
6. Definisi
genetis : definisi budaya yang melihat asal usul bagaimana budaya itu bisa
eksis dan tetap bertahan.
Perkembangan emosi Menurut piaget ( dalam wadswoorth,
1984:51 ) perkembangan efek selama tahap operasi formal sama hal nya dengan
perkembangan kongnitif dan struktur intrelektual.selama masa remaja
perkembangan efektif yang berpengaruh terhadap emosi remeja ditandai denghan
dua faktor utama, yaitu
(a).perkembangan idealisme,
(b).perkembangan kepribadian.
Perkembangan
operasi formal memfasislitasi kemampuan berfikir verbal sehingga remaja tidak
hanya mampu memikirkan hal-hal konkrit, tetapi ia juga mampu berpikir hipotetis
berdasar situasi ril. Jadi, kalau di motivasi, anak mampu berpikir logis
sebagaimana halnya orang dewasa. instrumen evaluasi argumen intelektual di bentuk untuk berfungsi sepenuhnya
.remaja kurang epresiasi terhadap aturan-aturan vormal ,namun mampu menerapkan
kriteria logis dalam mengevaluasi penelaran trentang pristiwa-peristiwa
kehidupan. Denmgan perkataan lain, remaja lebih tertarik kepada masalah-masalah
yang sifatnya lebih logis.
Selama perkembangan operasional
formal, remaja semakin menyadari keadaan diri dari orang lain. Hal ini
mendorong berkembangnya perasaan-perasaan efektif terhadap orang lain, termasuk
pemahamannya terhadap nilai-nilai, dan perasaan-perasaan idealistik
lainnya.menurut piaget, diri ( the self
) menjadi inti kepribadian yang perkembangannya dimulai sejak tahun-tahun
pertama kehidupan. konsep diri ( self
concept ) saling berhubungan dengan aspek-aspek kepribadian
lainnya,termasuk perkembang efektif.
Emosi merupakan salah satu aspek
psikologis manusia dalam ranah efektif.aspek psikologis ini sangat berperan
penting dalam kehidupan manusia pada umumnya. Keseimbangan diantara ketiga
ranah psikologis sangat dibutuhkan sehingga manusia dapat berfungsi dengan
tepat sesuai dengan stimulus yang dihadapinya.
Pada
masa remaja, ekspresi emosi yang tampak kadang-kadang tidak menggambarkan
kondisi emosi yang sebenarnya, misalny orng yang marah belum tentu mengamuk
atau bersifat agresif, tapi justru kebalikannya, diam seribu bahasa.
Perasan khuatir biasanya muncul karena imaginasi remaja
yang brhubungn dengan orang lain, barang, atau situasi. Misalnya, bagaimana
kalau mendapatkan tugas berpidato untuk pertam kali, apa yang harus di lakukan
selanjutnya cemas mengandung perasaan takut, sebagaimana halnya dengan emosi
khuatir.
Emosi jengkel berkaitan dengan emosi marah dan perasan
yang tidak menyenangkan. Remaja yang tidak mampu menyesuaikan diri cederung
rasa jengkel. Tidak jarang remaja yang merasa jengkel melampiaskan emosinya
dengan tindakan agresif.
Selanjutnya emosi cemburu dapat muncul jika remaja merasa
tidak aman atau takuk kehilangan efeksi atau status yang di milikinya. Cemburu
muncul dan meningkat biasanya, karena faktor luar. Emosi cemburu mirip dengan
iri, hanya saja emosi iri cenderung bersangkutan denagan materi. Kadang-kadang
rasa iri mendorng remaja untuk bertindak negatif.
Dikutip Dari:
Sutrisno,Putranto.
2005. Teori-Teori Kebudayaan.
Yokyakarta: Kanisius.
Supriatna.
2011. Bimbingan dan konseling berbasis
kompetensi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar